Alam dan Budaya ditangan Kapitalisme

 

 

Oleh : Berlian Gemma Putra

 

Sebuah tulisan mungkin terlihat lebih gagah bila di awal kalimat mengutip pendapat seorang filsuf atau ilmuwan terkenal. Tetapi dalam kenyataannya tulisan ini, saya akan mengutip muatan pesan dari salah satu karya seniman Riyan Riyadi lewat mural karakter ThePopop.

 

“Aku tak percaya hari akhir, aku percaya hujan sedikit Jakarta banjir”

 

Realita membuktikan bila pengalaman akan membentuk perspektif budaya-nya sendiri. Seperti masyarakat Jakarta menangapi persoalan banjir yang tak kunjung menemukan jalan keluar. Mark Twain pernah mengatakan bahwa banyak orang berbicara tentang cuaca tetapi tidak ada yang berbuat apa-apa. Ucapan Twain itu sangat relevan pada saat ini. Sangat jarang orang menyadari bagaimana kapitalisme telah mulai mengubah iklim dunia. Dunia sedang ada di jalan menuju bencana, namun pemodal penguasa merasa nyaman dengan kenyataan bahwa tidak ada yang membahayakan bagi mereka.

Peringatan tentang pemanasan global telah bergulir sekian lama, untuk mengetahui perubahan itu benar-benar terjadi. Media-media begitu komplek membicarakan permasalahan ini dengan tidak jujur, hal tersebut dibuktikan dengan iklan-iklan korporasi yang selalu menutup-nutupi keaadaan dunia hari ini.

Perusakan lingkungan hidup dan keracunan manusia serupa cenderung terjadi secara besar-besaran dan telanjang di Negara Dunia Ketiga, akan tetapi terjadi secara luas sekali juga-“sangat merajalela” bukan istilah yang terlalu keras-di negara kapitalis maju. Tentunya keaadaan ini semakin parah sekarang, karena industri kapital terus menambah jumlah produksinya.  Di tahun 2000 adalah tahun pertama industri AS diwajibkan melapor pelepasan zat beracun yang dapat bertahan lama seperti merkuri dan dioksin. Dioksin adalah karsinogen sangat kuat yang juga merusak system reproduksi, pertahan dan syaraf. Dioksin bertahan di lingkungan hidup dan menumpuk dalam daging satwa, tumbuhan dan manusia. WHO memperkirakan bahwa masukan dioksin “aman” per hari adalah 1 sampai 4 triliun per gram. Akan tetapi pada tahun 2000 saja, industry AS dilaporkan bahwa telah menghasilkan hampir 400 kilogram lainnya yang secara langsung dilepaskanke lingkungan. Kapitalisme AS menghasilkan sekitar 1,4 kilogram dioksin setiap hari. Maka, setiap tahun, industry AS menghasilkan cukup dioksin untuk membunuh 350 miliar sampai 1,4 triliun orang. Itulah sebagian contoh dan data yang saya sajikan. Tenaga profuktif kapitalisme sungguh luar biasa, bukan? Apalagi dengan berjalannya waktu semakin berkembangnya kapitalisme.

 

Ada paradoks yang menyatakan bahwa kapitalisme mampu meningkatkan produktivitas manusia sampai dengan tingkat skala besar yang akan menghasilkan kekayaan materil yang cukup untuk memperbesar penduduk serta standart kehidupan yang lebih tinggi. Namun ini diperoleh dengan cara mengancam kehancuran landasan material yang diandalkan untuk kehidupan manusia. Masalah ini bukan hanya perubahan iklim, atau polusi udara atau doksin tetapi kita bisa melihat setiap hari bahkan per detik kehancuran yang dibuat kapitalisme terhadap lingkungan hidup.  Ini seharusnya membuka mata kita untuk menyimpulkan bahwa nalar kapitalisme semestinya berbeda dengan daya nalar kita-bahwa kapitalisme beroperasi atas dasar beberapa asumsi pokok yang menyebabkan kapitalisme berfungsi dengan cara yang tampaknya tidak masuk akal bagi mereka yang tidak menyetujui asumsi tersebut.

Daya dorong tujuang kapitalisme adalah mengakumulasikan nilai lebih (surplus value). Yang biasanya berbentuk keuntungan. Di bawah kapitalisme, tidak ada tujuan yang lebih berharga selain penumpukan nilai surplus. Dan tujuan itu menciptakan apa yang dianggap daya nalar dalam kapitalisme.

kita tidak pernah meramalkan bagaimana dampak kapitalisme terhadap cuaca. “kaum borjuis tidak dapat eksis tanpa teru-menerus merevolusikan alat-alat produksi…”, tulis Mark dan Engels. Mengapa kaum borjuasi terdorong untuk terus-menerus mengembangkan bentuk teknologi produktif tanpa memperhatikan bagaimana dampak terhadap manusia dan lingkungan hidupnya? Hanya demi keuntungan, nilai lebih (surplus). Mengurangi biaya produksi itu sendiri melalui perbaikan teknologi adalah cara utama untuk memperoleh tambahan keuntungan. Intinya dari pada memperbaiki dampak dari produksi terhadap lingkungan mending memperbaiki alat produksi.

Manusia adalah satwa social. Kita menghasilkan cara kehidupan kita sendiri, dan kita melakukan ini secara kolektif, sebagai sebuah masyarakat. Kolektif bisa besar atau kecil, dari puluhan orang sampai miliaran orang. Tetapi disini kapitalisme tidak hanya menghancurkan alam. Bahkan social manusia mendapat imbas nya. Marx menyatakan dalam teori aleanasi bahwa kapitalisme akan menciptapkan tatanan sosial yang terasingkan dari lingkungan sekitar. Manusia tidak mengenali Alamnya lagi, buruh tidak punya hak milik atas karyanya.

Kapitalisme menghancurkan semua bentuk hubungan lam yang sudah lumrah. Dalam masyarakat kapitalis, peran social tidak secara langsung ditentukan, baik secara hukum atau adat. Kenyataan bahwa orang tua kita adalah petani atau buruh atau guru sekolah tidak mengharuskan kita akan menjadi seperti mereka, bahkan kita juga tidak terjebak dalam pekerjaan tertentu. Kapitalisme mengantikan hubungan adat, seperti ditulis Marx dan Engels, hubungan social tidak lagi secara dekat, kapitalisme member jarak anata individu satu dengan individu lainya lewat produksi-produksinya.

Penyebab mendasar kerusakan lingkungan dan pergeseran Sosial adalah sama dengan penyebab mendasar segala sesuatu yang lain dalam kapitalisme. Laba-lebih tepatnya, nilai lebih–adalah penyebab dasar kemiskinan, kejahatan, seksisme, rasisme, perang, keterasingan, dan seterusnya.

Mengapa begitu sulit bagi kita untuk mengambil tindakan untuk menghentikan apa yang kapitalis lakukan terhadap planet kita? Sebagian alasannya adalah bahwa kapitalisme memiliki beberapa perlindungan bawaan. Negara kapitalis memiliki mekanisme-polisi, lembaga peradilan, penjara—untuk menindak perilaku yang mengancam kepemilikan klas penguasa. Mereka dapat melarang dan menghukum tindakan yang sering disebut “anti-sosial” tetapi benar-benar pelangaran terhadap individu. Tetapi dalam hal perilaku anti-sosial yang sebenarnya-yaitu perilaku yang merugikan sebagian besar masyarakat-negara, kapitalis tidak peduli. Tugasnya bukan melindungi masyarakat, tapi untuk melindungi kapitalisme.

Dari semua lembaga manusia, yang paling tidak mampu untuk menyelamatkan lingkungan kita adalah negara kapitalis, karena telah dibuat dan tersusun untuk mempertahankan kekuatan yang justru sangat bertanggung jawab terhadapkerusakan lingkungan. Untuk menciptakan kesadaran yang diperlukan dan organisasi yang dapat menghentikan kaum kapitalis. Untuk menyelamatkan planet kitadan itu artinya kita sendiri.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *