AKU BERPUISI, MAKA AKU ADA

Kebanyakan dari kita suka dengan kata-kata puitis, ketika membacanya terasa indah dan hangat, apalagi jika puisi itu berasal dari orang yang istimewa bagi kita.
Indonesia memiliki banyak Penyair hebat, salah satunya adalah Chairil Anwar puisinya selain memiliki keindahan juga memiliki kekuatan, syairnya dipenuhi cinta dan perjuangan serta kecemasan akan kondisi bangsa. Namun, baginya puisi adalah kekayaan tiadatara dan juga senjata.

Chairil Anwar telah berjasa dalam pembaharuan puisi di Indonesia, dedikasinya dibidang sastra khususnya di puisi wafatnya Chairil Anwar diperingati sebagai hari puisi nasional yaitu 28 April.

Dalam memperingati hari puisi nasional, menurut ku juga patut di refleksikan, bahwa puisi dapat menjelma menjadi apapun tergantung dari penulisnya puisi itu menjelma sebagai apa. Ada ungkapan dari tiga tokoh, yang pertama seorang filsuf, kedua seorang novelis dan ketiga seorang jurnalis.

Secara bergantian masing-masing menyatakan keberadaan; aku ada

“Aku berpikir, karena itu aku ada” kata Rene Descartes

“Aku merasa, karena itu aku ada” kata Andre Gide

“Aku memberontak, karena itu aku ada” kata Albert Camus.

Maka mungkin seorang penyair juga akan menyatakan hal yang sama, dipikiran ku mereka akan mengatakan :
“Aku berpuisi, karena itu aku ada”

Peringatan hari puisi nasional ini jangan hanya dirayakan karena kecintaan terhadap puisi itu sendiri Akan tetapi puisi merupakan bagian dari warisan budaya yang memiliki fungsi sebagai penguatan identitas bangsa.

Puisi merupakan seni, namun tidak hanya dinilai dari sisi estetikanya akan tetapi puisi juga mampu menjadi senjata kritik sosial

Orang yang sedang jatuh cinta atau dirundung kesedihan bisa seketika mampu menulis puisi, dengan kata kata yang indah.
Sebegitu besarnya kekuatan puisi mendorong orang memapu mengeluarkan ekspresinya. Bentuk nyata ekspresi paling murni dari kebebasan linguistik yaitu puisi.
Puisi juga mampu menjalankan peran untuk gerakan perlawanan sebagai mana penyair Indonesia generasi 45, 60,70,dan 90. Karakteristik puisinya berisikan potret perlawanan dan perjuangan. Salah satunya adalah W.S Rendra.

Dengan adanya peringatan hari puisi ini, harapannya harus ada dampak pengembangan dari puisi itu sendiri dan melahirkan puisi-puisi yang berkualitas. Sebab, kebanyakan penulis puisi dewasa ini kurangnya pemahaman tentang puisi, bisa disebabkan kurangnya bacaan puisi lokal dan puisi internasional. Sudah sedikit juga kumpulan yang mengadakan diskusi bedah puisi, untuk mengetahui nilai kandungannya.
Puisi hanya menjadi sampingan disetiap acara, kalau ditanya siapa yang mau untuk menonton pertunjukan puisi, murni hanya puisi saja. Tulisan ini bersifat auto kritik, keresahan bahwa puisi dipandang rendah dari sebagian dari kita. Bagiku :

“Puisi memang tempatnya bahasa cinta
Kadang semanis senyum dan kadang sepahit luka masa lalu. Disana tempatnya kata perkata berlaku centil dan nakal
Kegirangan tiada tara bagi penulisnya
Bisa juga penuh dengan air mata
Begitulah puisi bersikap adil.
Ia merupakan ungkapan paling jujur, namun tersembunyi”.

Rio Aditya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *