Juang Para Puan

Sejak zaman dahulu perempuan selalu mendapatkan ketidakadilan. Perempuan selalu dianggap kaum lemah, bahkan stigma masyarakat yang selalu terbatas bahwa kaum perempuan tidak butuh sekolah tinggi. Pun jika bersekolah hingga tinggi nantinya hanya akan di rumah mengurus rumah dan keluarga. Perempuan selalu dibatasi ruang geraknya. Tidak hanya itu saja, perempuan juga sering mendapatkan kekerasan, diantaranya kekerasan dalam rumah tangga dan kasus kekerasan/kejahatan seksual yang jumlahnya tidak sedikit.

Perkataan perempuan selalu dianggap remeh dan disepelekan oleh orang-orang di sekitarnya. Padahal sejak dulu sudah banyak perempuan berhasil tumbuh diantara stigma buruk yang berkembang di sekelilingnya. Sejak zaman sebelum Indonesia merdeka, para perempuan tidak bebas untuk bersekolah. Jangankan mendapat akses pendidikan untuk belajar secara formal, untuk meningkatkan kemampuan softskill pun jarang diberikan izin. Diberikan akses atau tidaknya seorang perempuan dalam mengenyam pendidikan pasti akan mempengaruhi generasi selanjutnya dalam memperjuangkan keadilan dan kebaikan di bangsa ini. Mengapa bisa begitu? Karena guru pertama seorang anak adalah ibunya. Seorang ibu akan mengajari berbagai banyak hal kepada anaknya dan rumah akan menjadi sekolah pertama bagi seorang anak.

Fakta menunjukkan banyak ketidakadilan terjadi pada perempuan. Salah satu organisasi islam terbesar di Indonesia, yaitu Muhammadiyah hadir untuk membantu memperjuangkan hak-hak perempuan agar dapat hidup setara dan berdampingan dengan laki-laki. Muhammadiyah juga hadir sebagai solusi dalam memberdayakan perempuan. Hal ini dibuktikan dengan adanya organisasi otonom Muhammadiyah yang khusus bergerak dalam lingkup perempuan, yaitu Aisyiyah.

Kyai Haji Ahmad Dahlan mempunyai alasan tekait pemberian nama organisasi otonom ini, yaitu karena ingin meneladani sifat dari istri Rasullullah yaitu Siti Aisyah. Aisyah, istri Rasulullah, adalah seorang wanita yang cerdas. Sejak dari umur 8 tahun, Aisyah sudah menjadi penghafal Al-Quran dan 8000 hadist shahih. Kyai Haji Ahmad Dahlan berharap agar nantinya para perempuan-perempuan yang menggerakan gerakan Aisyiyah dapat meneladani Siti Aisyah dengan istiqomah serta dapat menginspirasi perempuan-perempuan lainnya.

Aisyiyah tidak dengan tiba-tiba berdiri menjadi organisasi perempuan, tetapi berawal dari perkumpulan pengajian yang bernama “Sapa Tresna” atau dalam bahasa indonesia mempunyai arti “Siapa Cinta”. Pembina atau pengajar dalam pengajian Sapa Tresna ini adalah para perempuan yang berada di bawah didikan Kyai Haji Ahmad Dahlan. Perkumpulan inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya Aisyiyah. Makin hari makin banyak pengikut dari pengajian Sapa Tresna ini. Mulai dari para remaja putri, para orangtua, para pekerja, entah itu pengusaha maupun buruh, semuanya diberi kesempatan yang sama untuk mendapatkan ilmu, bisa belajar, dan bisa berkembang. Nyai Siti Walidah atau istri dari Kyai Haji Ahmad Dahlan, pada perkumpulan pengajian sapa tresna ini, mengajarkan atau mentransfer ilmu mulai dari membaca, menulis latin, hingga menulis arab untuk para kaum perempuan di Kauman, Yogyakarta. Hingga pada akhirnya setelah anggota pengajian Sapa Tresna ini semakin banyak, dibentuklah organisasi perempuan yang bernama Aisyiyah. Asiyiyah diresmikan pada 27 Rajab 1335 H atau bertepatan dengan 19 Mei 1917.

Perempuan yang berada dalam organisasi Aisyiyah ini ialah para perempuan yang memiliki potensi dan eksistensi yang tinggi serta bersungguh-sungguh memperjuangkan islam. Aisyiyah sebagai wadah para perempuan untuk bergerak, keluar dari ketidakberdayaan, dan membuktikan bahwa perempuan tidak seperti apa yang berada dalam stigma masyarakat. Salah satunya ialah stigma mengenai perempuan tidak bisa berbuat apa-apa. Fakta ini menuunjukkan bahwa Muhammadiyah dari awal sudah memperhatikan hak-hak dari perempuan yang memang harus diakui dan dilindungi.

Nyai Siti Walidah mengambil kesempatan menggunakan organisasi Aisyiyah untuk memperjuangkan pendidikan para kaum perempuan, merawat para yatim piatu, dan menanamkan serta menumbuhkan rasa Nasionalisme. Aisyiyah mempunyai peran penting dalam menyadarkan perempuan akan betapa pentingnya pendidikan dengan dasar keislaman. Langkah awal keberhasilan Nyai Siti Walidah yaitu dibentuknya asrama putri-putri dari berbagai daerah di Indonesia. Para orang tua mereka yakin untuk menitipkan putri-putrinya di asrama yang dipelopori oleh Nyai Siti Walidah tersebut. Para perempuan di asrama itu belajar membaca dan menulis supaya mereka tidak buta huruf karena melek huruf menjadi faktor paling penting untuk mulai belajar banyak hal. Memberantas buta huruf ini pun juga dilakukan Nyai Siti Wlidah kepada perempuan yang sudah lanjut usia. Tak hanya diajarkan untuk melek huruf saja, akan tetapi juga diberikan ilmu mengenai agama islam.

Hingga kini perjuangan Aisyiyah pun memberikan hasil dan dampak yang luar biasa. Tercatat hingga saat ini Aisyiyah mempunyai banyak wadah amal usaha yang tersebar di seluruh Indonesia, mulai dari bidang pendidikan, ekonomi, pemberdayaan masyarakat, kesejahteraan sosial masyarakat, dan juga kesehatan. Bukti nyata perkembangan Aisyiyah ini menunjukkan bahwa dalam setiap langkahnya, Aisyiyah terus berupaya memberdayakan masyarakat supaya dapat hidup dengan sejahtera dan lebih baik lagi. Apa yang dilakukan oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan dan Siti Walidah ini menjadi contoh untuk semua manusia agar saling bahu-membahu, untuk mewujudkan masyarakat yang benar-benar mencapai kata sejahtera. Hingga kini Aisyiyah terus berusaha mengembangkan amal usahanya.

Pada modern ini, tidak menutup kemungkinan bahwa perempuan masih mengalami ketidakadilan. Di luar sana masih banyak perempuan yang masih tidak berdaya, masih mendapatkan tindakan sewenang-wenang. Tidak sedikit berita yang muncul di media cetak maupun media elektronik tentang kejahatan yang terjadi pada perempuan. Muhammadiyah dan Aisyiyah terus hadir untuk memperjuangkan apa yang menjadi hak-hak perempuan. Sudah seharusnya apa yang dilakukan Siti Walidah menjadi motivasi dan contoh yang harus ditiru untuk para pemuda-pemuda cendekiawan islam masa kini. Terlebih kita sebagai kaum muda, harus mempersiapkan bekal dalam meneruskan perjuangan apa yang sudah dirintis para pendahulu kita. Kita harus bersungguh-sungguh meneruskan perjuangan Kyai Haji Ahmad Dahlan dan Siti Walidah. Syukur-syukur menghadirkan perubahan ke arah lebih baik lagi.

Penulis : Melania Novitasari (Kader IMM Komisariat Rosyad Sholeh Universitas Aisiyah Yogyakarta 2020/2021)

DAFTAR PUSTAKA

Nursalikah, A. 2020. Sopo Tresno, Perkumpulan Cikal Bakal Aisyiyah. URL: https://www.republika.co.id/berita/qbctey366/sopo-tresno-perkumpulan-cikal-bakal-aisyiyah. Diakses tanggal 2 Maret 2022.

Aisyiyah Mencetak Jejak Sejarah. URL: http://arsip.muhammadiyah.or.id/id/content-199-det-aisyiyah.html. Diakses tanggal 3 Maret 2022.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *