Lingkungan dalam Ekonomi Pembangunan

Oleh : Lia Septiani Suradiyono

Aktivitas perekonomian lebih dari setengah populasi di dunia secara langsung bergantung pada lingkungan hidup melalui pertanian, sebagaimana juga peternakan dan kehutanan. Kualitas lingkungan hidup mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pembangunan ekonomi. Kebutuhan orang akan mengkonsumsi yang terus meningkat mungkin memiliki dampak global terhadap lingkungan.

Berbicara mengenai ekologi tentu tidak bisa dilepaskan dari pembangunan ekonomi. Terdapat delapan permasalahan dasar ekonomi kaitannya dengan lingkungan. Namun, dalam tulisan ini akan membahas lima permasalahan yaitu Pembangunan yang berkelanjutan  tentang “Keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan pelestarian lingkungan, generasi masa depan”. Yang kedua adalah Populasi, sumber daya dan lingkungan. Yang ketiga Kemiskinan dan lingkungannya. Keempat adalah Pertumbuhan Ekonomi vs Lingkungan hidup. Dan yang terakhir adalah  Lingkungan global dan perekonomian tentang “Beberapa trade-off dibutuhkan untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan”.

Pembangunan yang berkelanjutan  tentang “Keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan pelestarian lingkungan, generasi masa depan”

Salah satu masalah penting yang dihadapi dalam pembangunan ekonomi adalah antara pemenuhan kebutuhan pembangunan dengan upaya mempertahankan kelestarian lingkungan. Pembangunan ekonomi berbasis sumber daya alam yang tidak memerhatikan aspek kelestarian lingkungan pada akhirnya akan berdampak negatif pada lingkungan itu sendiri. Karena, pada dasarnya sumber daya alam dan lingkungan memiliki kapasitas daya dukung yang terbatas. Dengan kata lain, pembangunan ekonomi yang tidak memerhatikan kapasitas sumber daya alam dan lingkungan akan menyebabkan permasalahan pembangunan di kemudian hari.

Dari sisi ekonomi, setidaknya ada tiga alasan utama (faktor) mengapa pembangunan ekonomi harus berkelanjutan. Faktor pertama menyangkut alasan moral. Generasi kini menikmati barang dan jasa yang dihasilkan dari sumber daya alam dan lingkungan, sehingga secara moral perlu untuk memerhatikan ketersediaan sumber daya alam tersebut untuk generasi mendatang. Kewajiban moral tersebut mencakup tidak mengekstraksi sumber daya alam yang dapat merusak lingkungan, serta dapat menghilangkan kesempatan bagi generasi mendatang untuk menikmati layanan serupa.

Faktor kedua, menyangkut alasan ekologi, Keanekaragaman hayati misalnya, memiliki nilai ekologi yang sangat tinggi, oleh karena itu aktivitas ekonomi semestinya tidak diarahkan pada kegiatan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan semata yang pada akhirnya dapat mengancam fungsi ekologi.

Faktor ketiga, yang menjadi alasan perlunya memperhatikan aspek keberlanjutan adalah alasan ekonomi. Alasan dari sisi ekonomi memang masih terjadi perdebatan karena tidak diketahui apakah aktivitas ekonomi selama ini sudah atau belum memenuhi kriteria keberlanjutan, seperti kita ketahui, bahwa dimensi ekonomi berkelanjutan sendiri cukup kompleks, sehingga sering aspek keberlanjutan dari sisi ekonomi ini hanya dibatasi pada pengukuran kesejahteraan antargenerasi (intergeneration welfare maximization).

Populasi, Sumber Daya dan Lingkungan

Beberapa pokok permasa­lahan yang dihadapi oleh ma­nusia dewasa ini terkait hal sistem lingkungan alam ada­lah adanya berbagai tekanan krisis ling­kungan yang mem­bahayakan kelangsungan hi­dup manusia, seperti krisis air bersih, polusi udara, sum­ber air, atau persediaan bahan pangan penduduk. Ma­salah krisis energi yang dihadapi dunia saat ini juga jauh lebih besar dan rumit, karena ma­salah penye­diaan energi tidak hanya terbatas pada manfaat fisik, tetapi juga menyangkut faktor politik, ekonomi, ling­kungan, dan teknologi.

Seiring dengan mening­kat­nya jumlah penduduk, tentu saja membawa konse­kuensi pada bertambahnya kebutuhan pangan, sandang dan papan. Selain itu, ma­nu­sia yang bertambah popu­lasinya juga mem­butuhkan penambahan ruang hidup di muka bumi ini, sedangkan pada kenyataannya luas per­mukaan bu­mi ini tetap. Aki­batnya, bisa terjadi ketim­pangan an­tara kebutuhan ruang hidup dan ketersediaan dari alam.

Pencemaran akan bertam­bah tidak hanya dise­babkan oleh berkembangnya pendu­duk pada daerah yang sempit peruntukannya, tetapi juga di­sebabkan oleh hasil buang­annya yang meningkat setiap tahun. Khusus daerah perko­taan, jumlah kendaraan ber­motor yang semakin mening­kat akan menyebabkan pen­­cemaran udara yang dapat mengganggu perna­pasan.

Perkembangan industri yang semakin pesat guna mengimbangi kebutuhan pen­duduk dapat menimbul­kan masalah pencemaran udara dan air. Pencemaran udara disebabkan pembung­an zat-zat sisa dari hasil pembakaran yang tidak sem­purna, seperti SO2 dan NOx. Pencemaran air terjadi kare­na limbah padat se­ring di­buang ke sungai sehingga mengancam kese­hatan pen­duduk di sekitarnya.

Kemajuan teknologi yang meningkat secara cepat dan terus-menerus tanpa peren­ca­naan yang matang akan mem­buka kemungkinan ma­kin meningkatkan pencemar­an lingkungan. Cara-cara mengolah sumber daya alam dari yang paling sederhana sampai yang paling maju disebut teknologi. Di negara-negara yang telah maju atau­pun di negara-negara yang sedang berkembang, tekno­lo­gi telah memungkinkan ter­jadinya transformasi masya­rakat dari kehidupan desa pertanian yang sederhana ke kehidupan kota industri yang serba kompleks.

Kebutuhan yang selalu meningkat akibat populasi penduduk menjadi sumber daya alam kurang eko­nomis. Namun, setelah ditemukan tek­nologi baru yang lebih efisien maka sumber daya alam menjadi ekonomis.

Pada hakikatnya teknologi dapat membawa kese­jahte­raan bagi manusia tetapi tek­nologi dapat pula mengan­cam keselamatan manusia dan membawa bencana. Oleh karena itu, kini sudah saatnya kita ber­upaya menjawab tan­tangan untuk menciptakan keseimbangan antara sumber daya alam yang tersedia de­ngan permintaan atau kebu­tuhan manusia yang tidak terbatas.

Kemiskinan dan Lingkungannya

Kemiskinan dan lingkungan hidup merupakan dua hal krusial yang sulit untuk dipisahkan karena keduanya saling mempengaruhi sehingga membahas keduanya menjadi topik yang seolah tak ada habisnya, ibarat bicara duluan mana telur atau ayam?

Lingkungan hidup meliputi sumberdaya alam yang punya kemampuan untuk pulih kembali (recovery), namun akibat tekanan aktifitas manusia yang semakin ekstrim dibandingkan dengan laju pemulihan sumberdaya alam yang lambat, maka akan terjadi degradasi bahkan kerusakan sumberdaya alam yang semakin cepat, karena pergerakan upaya perusakan yang dilakukan oleh manusia lebih cepat daripada kemampuan alam untuk melakukan pemulihan kembali (recovery). Tekanan penduduk apabila tidak sebanding dengan ketersediaan sumberdaya alam tentu saja akan memperlambat pemulihan sumberdaya alam. Kerusakan terhadap lingkungan sangat sulit untuk dihindari apabila intensitas tekanan terhadap lingkungan terus menerus terjadi sehingga upaya pembangunan yang memperhatikan kaidah-kaidah lingkungan menjadi salah satu cara yang diperlukan agar lingkungan tetap terjaga keberadaannya. Pengelolaan lingkungan yang salah akan berdampak fatal pada kerusakan lingkungan yang berkepanjangan hingga tidak dapat diperbaiki lagi dalam jangka panjang. Apabila hal tersebut terjadi maka sulit dihindarkan kondisi ini akan menimbulkan bencana lingkungan sebagaimana yang banyak terjadi baru-baru ini di beberapa wilayah seperti tanah longsor, banjir bandang dan bencana lainnya.

Kemiskinan dan kerusakan lingkungan berkorelasi negatif dan saling mempengaruhi. Kemiskinan terjadi karena kerusakan lingkungan atau sebaliknya lingkungan rusak karena adanya kemiskinan pada wilayah sekitar. Hubungan sebab akibat tersebut dapat terus menerus berlanjut membentuk suatu siklus yang tidak berujung. Pada kondisi seperti itu, kemiskinan akan semakin parah dan lingkungan semakin rusak. Semakin lama kondisi itu berlangsung, semakin kronis keadaanya. Sehingga status kemiskinan berubah secara tidak linier. Dari miskin, ke lebih miskin, dan akhirnya miskin sekali atau sangat miskin, demikian pula kecenderungan yang sama juga terjadi juga pada kerusakan lingkungan. Hal ini ditandai dengan aktivitas dan kehidupan manusia yang melebihi kapasitas alam. Manusia yang miskin untuk bertahan hidup karena tidak memiliki pilihan lain melakukan pemanfaatan SDA yang berlebihan melampaui daya dukung (carrying capacity) dari sumber daya alam yang ada.

Degradasi dan kerusakan lingkungan sulit dihindarkan ketika penduduk masih dililit kemiskinan. Intensitas pemanfaatan sumber daya alam semakin tinggi karena hanya inilah sebagai satu-satunya tempat bergantung bagi kelangsungan hidup dalam kondisi miskin. Sebagai contoh apabila satu keluarga saat ini memiliki lahan 1 Ha. nantinya bila memiliki 4 anak maka akan dibagi masing-masing 25 are. Luas ini tentunya tidak akan mampu memenuhi kebutuhan hidup si anak dan keluarganya apalagi kalau lahan yang dimiliki tersebut adalah lahan kering yang hanya di tanami 1 tahun sekali. Karena lahan tersebut tidak cukup untuk membiayai hidup keluarga tersebut maka alternatif yang akan dilakukan adalah mencari sumber daya lahan lain yang ada disekitarnya dan umumnya pilihan lahan tersebut adalah kawasan hutan. Lebih parahnya lagi apabila lahan tersebut kemiringannya lebih dari 450 yang secara teknis sangat berbahaya untuk di garap menjadi lahan pertanian karena dapat memicu longsor dan erosi. Dan kondisi lahan seperti ini tidak akan mampu bertahan lama sebagai fungsi lahan pertanian karena karakteristik kemiringan yang tinggi bila dilakukan pengolahan secara terus menerus maka lapisan top soil yang ada di permukaan lambat laun akan habis tergerus erosi sehingga pada akhirnya akan menyisakan batuan saja yang tidak memungkinkan untuk ditumbuhi tanaman. Apabila lahan tersebut sudah tidak produktif lagi karena lagi-lagi tidak ada pilihan lain maka pemanfaatan kawasan hutan untuk lahan pertanian berpindah lagi ke tempat lain sehingga hutan akan semakin terdesak dan habis dimanfaatkan untuk lahan pertanian baik secara legal melalui berbagai program pemanfaatan hutan maupun secara illegal melalui main kucing-kucingan dengan aparat yang berwenang. Kondisi ini terus berjalan dan dilakukan secara massive dan berjamaah dalam kawasan yang luas sehingga menyebabkan kerusakan sumber daya lahan yang parah dan berdampak pada terjadinya bencana longsor dan banjir bandang.

Apabila kaidah-kaidah kelestarian alam ini kita abaikan maka akan tiba saatnya alam ini membalasnya dengan bencana dan apabila hal tersebut terjadi maka akan semakin banyak kerugian yang diperoleh manusia, baik sebagai akibat dari bencana tersebut, maupun akibat dari kerusakan SDA yang secara langsung berkontribusi pada menurunnya produktifitas lahan yang diindikasikan oleh hilangnya unsur hara dari tanah maupun semakin menipisnya ketersediaan air tanah. Dan jika berbagai dampak tersebut telah semakin paripurna maka manusia akan menuai buah dari hasil kerjanya berupa menurunnya tingkat kesejahteraan akibat tidak ada lagi sumber mata pencaharian yang biasanya mendapatkan kemurahan dari berkah sumber daya alam. 

Pertumbuhan Ekonomi vs Lingkungan hidup

Upaya mempertemukan kembali ilmu ekonomi dan inveromental memiliki arti penting dalam upaya mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Proses pengintegrasian keduanya adalah melalui perumusan paradigma dan arah kebijakan yang bertumpu pada kemitraan dan partisipasi para pelaku pembangunan dalam mengelola sumber daya yang seoptimal mungkin. Agar pembangunan yang dilakukan dapat menumbuhkan perekonomian tanpa menimbulkan banyak kerusakan lingkungan hidup, maka dibutuhkan adanya konsep pembangunan berkelanjutan, yaitu konsep pertumbuhan ekonomi yang tetap memelihara sumber daya alam yang digunakan, serta strategi integrasi lingkungan ke dalam pembangunan ekonomi. Dimensi keselarasan dan keseimbangan menjadi kata kunci dalam pengelolaan sumber daya berdasarkan dua prinsip. Perinsip ekonomi untuk memenuhi hajat hidup, dan prinsip pengelolaan lingkungan yang arahnya adalah terwujudnya lingkungan yang kodusif. Dalam arti lingkungan yang lestari, dengan tetap berprinsip pada pengelolaan yang bertanggung jawab, atas dasar etika ekonomi yang berkeadilan.

Lingkungan global dan perekonomian tentang “Beberapa trade-off dibutuhkan untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan”

Lingkungan ekonomi (economic environment) adalah sifat dan arah ekonomi di mana perusahaan beroperasi. Konteksnya tidak hanya lokal atau nasional tetapi juga regional dan global. Lingkungan ekonomi mempengaruhi bisnis baik secara langsung maupun tidak langsung. Beberapa faktor ekonomi memiliki dampak langsung pada biaya pendanaan, biaya produksi, dan penjualan. Sementara yang lain memengaruhi secara tidak langsung, terutama melalui pengaruhnya terhadap konsumen (yang kemudian berdampak pada penjualan perusahaan).

Struktur ekonomi mempengaruhi kinerja ekonomi. Misalnya, ketergantungan yang tinggi pada sektor primer akan membuat kinerja suatu negara rentan terhadap kinerja ekonomi global. Karena manufaktur dalam negeri kurang berkembang, jika ekonomi global melambat, kinerja ekonomi juga akan terpukul. Itu, pada gilirannya, mempengaruhi variabel ekonomi domestik lainnya seperti pertumbuhan ekonomi, pengangguran, dan konsumsi. Perekonomian di lingkungan global dipengaruhi oleh beberapa factor seperti kurs, inflasi, suku bunga, pajak, pengeluaran pemerintah, dan pasar modal.

Trade-off adalah situasi dimana seseorang harus membuat keputusan terhadap dua hal atau lebih, mengorbankan/ kehilangan suatu aspek dengan alasan tertentu untuk memperoleh aspek lain dengan kualitas yang berbeda sebagai pilihan yang diambil. Lalu berapa trade-off yang dibutuhkan untuk merealisasikan pembangunan berkelanjutan?

Sumber  daya  alam  pada  dasarnya  merupakan  faktor produksi atau merupakan input bagi perusahaan dan kegiatan ekonomi. Akan tetapi output yang dikeluarkan oleh sektor produksi juga menghasilkan residual yang diterima oleh alam dan pada  akhirnya  memberikan  efek  kepada  manusia.  Konsumen  sebagai  fungsi  dari  rumah  tangga  juga  pada  dasarnya  memberikan  residual  kepada  alam  sebagai  hasil  dari  aktifitas  konsumsi    barang-barang hasil produksi perusahaan.

Sumberdaya  alam  dan  lingkungan  memberikan  peranan  terhadap  kegiatan  ekonomi.  Kebutuhan  baik  itu  rumah  tangga maupun perusahaan kesemuanya dipastikan diperoleh dari alam, dimana perusahaan akan meningkatkan  nilai  ekonomi  (Added-Values) dari  sumberdaya  alam  dan  lingkungan  yang  di  eksploitasi  dengan  cara  memproduksinya.  Dari  hasil  produksi  akan  ada  dua  produk  yang  dihasilkan yang pertama produk konsumsi dan yang kedua sisa hasil produksi (residu). Dan dari sisa kegiatan ekonomi tersebut akhirnya kembali ke alam baik dalam bentuk padat, cair maupun gas.

Keberlangsungan  pembangunan  ekonomi  memerlukan  supply sumber daya yang stabil,  Indonesia merupakan negara yang memiliki ke anekaragaman hayati  terbesar  didunia  memerlukan  sikap  kehati-hatian  karena  dengan  prilaku  brutal  dalam  pengelolaan  akan  sangat  dimungkinkan  dapat  merusak  calon  sumber  daya  pokok  dimasa  yang  akan datang dalam pembangunan. Sumber daya pokok produksi dan distribusi akan terus selalu berkembang  dengan  penemuan  baru  yang  dilakukan  oleh  manusia,  banyak  sumber  daya  diawal  pembangunan   bukan   hal   yang   pokok   tetapi   akhir-akhir   ini   menjadi   hal   pokok   dalam   pembangunan ekonomi seperti yang terjadi di bidang gas bumi.  

Sumber

Habibi, Ahmad. “Trade Off Kerusakan Sumber Daya Alam dan Pembangunan Ekonomi.” Asas: Jurnal Hukum dan Ekonomi Islam, vol. 4, no. 1, Jan. 2012.

https://slideplayer.info/amp/13035982/

Srigustini, Astri, and Edi Fitriana Afriza. “Dinamika Pengambilan Keputusan Dalam Kondisi Trade-Off Pada Mahasiswa Pendidikan Ekonomi Peraih Beasiswa Bidikmisi.” Promosi: Jurnal Program Studi Pendidikan Ekonomi 6.1 (2018).

Burhanuddin, S. H. “Integrasi Ekonomi dan Lingkungan Hidup dalam Pembangunan Yang Berkelanjutan.” EduTech: Jurnal Ilmu Pendidikan dan Ilmu Sosial 2.1 (2016).

https://bappeda.bulelengkab.go.id/artikel/pembangunan-ekonomi-dalam-konsep-pembangunan-berkelanjutan-68
https://bappeda.ntbprov.go.id/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *