Saatnya Proaktif Lewat Media Alternatif

Oleh : Muhammad Fathi Djunaedy
Ketua Bidang Media dan Komunikasi PC IMM AR Fakhrudin Kota Jogjakarta

A. Latar Belakang.

Penggunaan internet sebagai standar komunikasi global, telah memicu dikembangkannya berbagai aplikasi sosial media seperti facebook, twitter, instagram, dan youtube. Penetrasi sosial media saat ini di seluruh dunia telah mencapai 29%, itu berarti hampir sepertiga dari tujuh milyar penduduk dunia telah menggunakan sosial media sebagai media sharing informasi melalui jaringan internet khususnya media sosial media dan website.

Pada akhirnya, situasi ini menumbuhkan fenomena citizen journalism, di mana setiap anggota masyarakat dapat dengan bebas dan sukarela melakukan posting tulisan-tulisannya di sosial media atau melalui website. Kekuatan sosial media yang didukung oleh internet sebagai media penyampai informasi yang tercermin dari ungkapan the power of internet in one second.

Ungkapan ini mencerminkan dalam satu detik melalui internet dapat dilakukan sharing items sebesar hampir 700 ribu status melalui facebook, 100 ribu tweet melalui twitter, 48 jam video melalui youtube, 3600 buah foto lewat instagram, dan 47 ribu download program aplikasi secara online, 571 website dibuat, dan 2,000 searching lewat mesin google.

Seiring dengan pesatnya perkembangan internet dan aplikasinya, pada sisi lain device telekomunikasi juga mengalami revolusi yang sangat agresif. Trend perkembangan piranti telekomunikasi ini menuju ke lahirnya smart phone dengan fitur-fitur berkemajuan yang mampu menangani hampir semua ragam komunikasi yang diperlukan dalam kehidupan manusia, seperti komunikasi data teks, gambar, suara, dan video. Gabungan teknologi informasi dan komunikasi mutakhir dan didukung tersedianya aplikasi-aplikasi yang useful dan user friendly ini telah benar-benar mengubah habit manusia dalam berkomunikasi dan memperoleh informasi.

Saat ini, seseorang lebih nyaman berkomunikasi dengan lainnya secara virtual daripada melakukan tatap muka langsung. Demikian pula ketika membutuhkan informasi/berita, orang lebih nyaman melakukan akses secara online ke sumber-sumber informasi/berita yang tersedia dalam format digital daripada memperolehnya melalui akses offline.

Sampai Maret 2015, jumlah telepon seluler (termasuk di dalamnya smart phone) yang digunakan di seluruh dunia mencapai 98% jumlah penduduk dunia. Ini berarti jumlah piranti yang beredar hampir sama dengan jumlah penduduk, dan bahkan di beberapa negara jumlah device sudah melebih jumlah penduduknya.

Melihat fenomena mutakhir media dan komunikasi di atas, saya beranggapan bahwa IMM harus menjadi bagian di dalamnya, dengan berijtihad untuk berupaya mengadaptasi, mengakomodasi dan menyesuaikan diri dengan fenomena teknologi kekinian. Jika berbicara sedikit tentang gerakan sosial baru, ialah bagaimana sebuah gerakan yang muncul dengan mengikuti perkembangan zaman, gerakan yang kreatif nan segar, pun tak kehilangan esensi gerakan.

Maka IMM harus bergerak dengan memunculkan media-media alternatif, di tengah sumber-sumber berita/informasi yang tampilan dan penyampiannya yang monoton, lalu masyarakat hanya di cekoki pemberitaan-pemberitaan yang itu-itu saja, bahkan nyaris tanpa ada nilai edukasinya, hal ini karena media-media mainstream mayoritas telah dikuasai para konglomerat media, dengan modal yang mereka miliki, bisa seenak jidat menyetir berita untuk kepentingan kelompok mereka. Untuk itu, munculah lima rumusan masalah di bawah ini.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu media massa, media mainstream, dan media alternatif ?
2. Apa saja terobosan yang harus dilakukan dalam kaitannya dengan media alternatif ?
3. Apa yang perlu diupgrade dari segi manajemen dalam media IMM ?
4. Apa yang perlu diupgrade dari tampilan media IMM yang sudah ada ?
5. Apa yang perlu diupgrade dari segi konten dalam media IMM ?

1. Media Massa: Mainstream dan Alternatif

Media massa adalah sumber informasi dengan karakteristik one-to-many. Sejak awal munculnya surat kabar versi Guttenberg di Jerman, revolusi informasi terjadi. Hal tersebut ditandai dengan berkembangnya surat kabar hingga sekarang. Perkembangan media massa yang lain juga tidak bisa diremehkan dalam dampak terhadap perkembangan komunikasi massa. Revolusi informasi membuat sekelompok orang sadar bahwa media massa adalah ”sesuatu” yang dibutuhkan masyarakat dalam mendapatkan sebuah informasi. Secara sederhana, dengan memiliki media massa maka kita akan mampu mengendalikan media massa.

Media massa mempunyai beberapa dampak dalam kehidupan pribadi dan masyarakat. Hasil dari melihat bagaimana dampak-dampak tersebut terhadap masyarakat adalah munculnya kesimpulan bahwa masyarakat bukanlah kumpulan individu yang pasif, tapi merupakan kesatuan yang aktif dan memberikan respon terhadap informasi-informasi yang diberikan. Model komunikasi yang memperlihatkan bagaimana media massa dan masyarakat saling berinteraksi adalah model uses and gratification. Model tersebut mengatakan masyarakat khalayak adalah kesatuan yang aktif dan bebas menentukan informasi atau hiburan apa yang mereka akan dapatkan sehingga media harus memasuki arena kompetisi gratifikasi untuk bisa mendapatkan perhatian penuh dari khalayak, karena khalayak akan memilih media massa yang mampu memberikan gratifikasi yang tinggi bagi mereka. Model ini memberikan gambaran bahwa media massa harus bisa memenuhi kebutuhan masyarakat sebagai khalayak.

Seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa salah satu perbedaan media mainstream dan media alternatif berasal dari kepemilikian terhadap suatu media. Media mainstream adalah media yang dipegang oleh industri media dan media alternatif adalah media yang dipegang oleh mereka selain dari industri media.

Definisi media mainstream dan media alternatif sulit untuk dipastikan karena definisi mainstream dan alternatif dari suatu objek di tempat yang satu berbeda dengan tempat yang lain. Yang perlu kita lakukan adalah memahami apa yang membuat suatu media bersifat mainstream dan apa yang membuat suatu media bersifat alternatif. Noam Chomsky mengatakan bahwa :

“If you want to understand the media, or any other institution, begin by asking questions about the internal institutional structure. And you ask about their setting inthe broader society. How do they relate to other systems of power and authority? If you’re lucky, there is an internal record from leading people that tells you what they are up to.”

Jika kalian berharap untuk memahami media, atau institusi yang lain, mulailah dengan mempertanyakan pertanyaan tentang internal struktur institusionalis. Dan bertanyalah tentang tata cara mereka dalam masyarakat yang lebih luas. Bagaimana mereka saling berhubungan dengan sistem kekuasaan dan otoritas yang lain? Jika kamu beruntung, akan ada rekaman internal dari orang yang memimpin yang memberitahukan kepada dirimu apa yang mereka inginkan.

Definisi mainstream sering dianggap sebagai sesuatu yang sudah ada sebelumnya dan alternative adalah sesuatu yang baru dan berbeda dari mainstream. Kita bisa mengambil dasar tersebut dengan mengatakan bahwa media alternatif akan selalu berusaha memberikan yang berbeda dari apa yang dihasilkan oleh media mainstream.

Tujuannya sudah jelas sebagai referensi tambahan atau bahkan referensi yang berlawanan kepada khalayak. Media mainstream adalah media dengan fungsi doktrin yang artinya mampu menanamkan wacana apa yang para pemilik media inginkan atau pemiliki media mampu menentukan apa yang ingin khalayak pikirkan atau lebih dikenal dengan agenda setting.

Noam Chomsky mengatakan bahwa:

“The real mass media are basically trying to divert people. Let them do something else, but don’t bother us (us being the people who run the show). Let them get interested in professional sports, for example. Let everybody be crazed about professional sports or sex scandals or the personalities and their problems or something like that. Anything, as long as it isn’t serious. Of course, the serious stuff is for the big guys.”

Media massa yang sebenarnya pada dasarnya selalu mencoba memecah orang. Biarkan mereka melakukan hal yang lain, tapi jangan mengganggu kami (kami menjadi orang menjalankan acara). Contohnya ,biarkan mereka tertarik akan olahraga professional. Biarkan semua orang tergila-gila tentang olahraga professional atau skandal seks atau kepribadian dan masalah mereka atau sesuatu yang seperti itu. Apapun mereka boleh lakukan, asalkan bukan sesuatu yang serius. Karena, segala sesuatu yang serius adalah milik orang-orang besar.

Media massa yang bersifat mainstream mempunyai kecendendrungan untuk memberikan informasi yang sekadarnya. Fungsi agenda setting mereka menyebabkan masyarakat hanya sadar akan hal-hal yang sepele dan tidak pernah bisa memikirkan sesuatu yang besar. Hal ini dapat disebabkan karena mereka merasa bahwa diri mereka adalah satu-satunya media massa. Ini alasan yang memancing munculnya media massa alternatif.

Media alternatif adalah media massa yang merupakan lawan dari media mainstream. Seperti yang disebutkan sebelumnya definisi media alternative adalah hal yang sulit dipastikan.

“The apparent looseness in defining terms in this field has led some critics to arguethat there can be no meaningful definition of the term ‘alternative media’”

Kekurangan yang terlihat dalam mengartikan atau memahami istilah tersebut telah menimbulkan beberapa kritik bahwa tidak definisi yang bermakna dari media alternatif. Akan tetapi definisi alternatif bisa kita pahami dengan cara memahami definisi radikal terlebih dahulu.

Whilst ‘radical’ encourages a definition that is primarily concerned with (oftenrevolutionary) social change (and ‘Radical’ the same for a specific period of English history), ‘alternative’ is of more general application.8

Jika “radikal” menimbulkan sebuah definisi yang lebih disamakan dengan (sering nya dengan revolusionari) perubahan sosial (dan “radikal” yang sama untuk sebuah periode tertentu dalam sejarah inggris), “alternatif” adalah aplikasi yang lebih umum. Dengan kata lain media alternatif akan selalu dihubungkan dengan perubahan sosial tapi hal tersebut tidak memberikan kita perbedaan antara media mainstream dan media alternatif. Sebagai sebuah media, baik itu mainstream ataupun alternatif, keduanya tidak mudah lepas dari fungsi mereka sebagai media massa, baik dengan satu fungsi atau lebih.

Ketika menghubungkan perubahan sosial kita akan berbicara tentang fungsi tambahan – selain dari fungsi pengawasan, korelasi, sosialisasi dan hiburan. Istilah alternatif akan selalu merujuk kepada sesuatu yang berbeda dari yang biasa karena memiliki sesuatu yang tidak dimiliki oleh yang mainstream.

“….that alternative media ‘have created new spaces for alternative voices that provide the focus both for specific community interests as well as for the contraryand the subversive’.”

Bahwa media alternatif telah menciptakan ruang baru untuk suara alternatif yang menyediakan fokus, baik kepada komunitas kepentingan tertentu atau untuk komunitas yang berlawanan dan bergerak “dibawah”. Inilah yang membuat media alternatif selalu dihubungkan dengan perubahan sosial, bukan hanya dari segi pemahaman definisi istilah alternatif tapi juga dari keunggulannya yang menyediakan “ruang”. Dimana “ruang” tersebut akan menyediakan akomodasi untuk melakukan perubahan sosial.

2. Terobosan Baru Dengan Media Alternatif

IMM harus proaktif menggunakan media massa dan sosial media untuk bergerak, tentunya dengan semangat media alternatif, lewat beberapa media dibawah ini. Beberapa ide berasal dari diskusi materi, membangun media alternatif, bersama narasumber Pak Fajar Junaedi, saat kegiatan Darul Arqam Madya IMM Cabang AR Fachrudin pada 9 September 2015 lalu.

a. Radio

IMM bisa mewacanakan untuk membuat sebuah radio milik IMM. Radio ini nantinya untu publikasi kegiatan-kegiatan IMM yang akan dan sedang berlangsung, misalnya IMM sedang mengadakan diskusi, workshop, maupun pengajian. Karena radio masih belum lekang oleh zaman, bahkan era kekinian ini, radio bisa diakses lewat internet, untuk live streaming radio. Di sisi lain juga untuk menyasar kalangan-kalangan yang masih doyan menikmati media radio, terutama masyrakat pedesaan.

b. Website dan Blog

Dalam buku Geneologi Kaum Merah disebutkan bahwa, minimnya media sentral dari kalangan pimpinan IMM. Selama ini, media yang memuat terkait gagasan dan informasi tentang IMM masih terpecah belah dari tingkat komisariat hingga DPP, semua memiliki media sendiri. Sehingga pihak luar yang ingin mengetahui informasi IMM harus mengetahui dari media yang beragam yang kadang begitu sulit untuk bisa diakses. Dari tingkat DPP sebenarnya sudah ada majalah Kauman yang memuat informasi IMM secara nasional. Namun karena tidak adanya manajemen redaksi yang mengelola majalah ini secara profesional, majalah ini pun harus datang-pergi kehadirannya.

Tak hanya itu saja, ada beberapa catatan lain, yakni website dan blog yang dimiliki oleh IMM secara penampilan kurang oke, kontennya pun kurang tajam dan menarik, kalau menurut saya sudah saatnya IMM dengan pembahasan yang serius tapi dengan bahasa yang pop.

Bisa meneladani apa yang digerakkan oleh literasi.co, sebuah situs web yang aktif mengabarkan isu-isu sosial, lingkungan, masyarakarat yang tertindas, dsb. Dalam bentuk liputan berita maupun reportase lapangan, juga ada kolom-kolom opini dan gagasan, resensi buku, dan apreasiasi karya sastra. Selanjutnya mencontoh portal media online, mojok.co, dengan gaya bahasanya yang segar dan menggelitik. Bagi saya, perpaduan antara model media yang dibawa oleh literasi.co dengan style bahasa ala mojok.co, sangat ciamik untuk menjadi formula media alternatif IMM nantinya.

c. Facebook, Twitter, dan Instagram

Lewat tiga media sosial ini, IMM bisa memasifkan publikasi dan dokumentasi kegiatan program kerja IMM, agar IMM bisa lebih eksis. Lewat twitter bisa melancarkan kultwit isu-isu hangat tentang pergerakan, politik, ekonomi, pertanian, agama, dsb. Instagram bisa untuk menshare gambar pesan agitasi dan propaganda IMM, publikasi dan dokumentasi lewat gambar, foto dan video.

d. Youtube.

Melalui media ini, IMM bisa mengunggah film-film pendek tentang IMM, lalu dokumentasi kegiatan IMM, misalnya diskusi, workshop maupun pengajian.

3. Manajemen Media Massa

Secara umum ada empat elemen fungsi manajemen dalam manajemen media massa, yang bisa dijadikan rujuakan IMM untuk bergerak.

a. Perencanaan

Perencanaan merupakan fungsi pertama dalam organisasi. Di sinilah fondasi dasar diletakan dalam kegiatan manajemen. Hal ini juga berlaku melekat organisasi media. Ketika sebuah stasiun televisi didirikan pasti pemiliknya telah merencanakan tujuan dari stasiun televisi tersebut dan bagaimana strategi untuk mencapai tujuan tersebut. Format stasiun televisi, programing siaran dan sumber daya yang dibutuhkan untuk menjalankan stasiun televisi direncanakan dengan sebaik-baiknya. Tanpa perencanaan yang baik, stasiun televisi tidak mampu bersaing.

Perencanaan dalam media yang berbeda tentu juga berbeda sesuai dengan karakteristik masing-masing media, namun setidaknya ada benang merah yang menyatukan fungsi fungsi perencanaan dalam manajemen media. Perencanaan dalam manajemen media menyangkut apa yang harus dilakukan di masa mendatang, bagaimana hal tersebut harus dilakukan, siapa yang seharusnya melakukan hal tersebut, dan kapan hal tersebut harus dilakukan di masa mendatang.

b. Pengorganisasian.

Fungsi pengorganisasian dalam manajemen menempati posisi yang penting dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Pengorganisasian dalam kegiatan manajemen bisa diartikan sebagai kegiatan-kegiatan penyusunan struktur organisasi dan sumber daya yang ada di organisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Yang perlu diingat bahwa dalam media ada berbagai pekerjaan yang perlu diatur dalam struktur pembagian kerja. Pembagian kerja ini bisa dilakukan dengan berdasarkan pada divisi atau departemen yang dikelompokan pada jenis atau bentuk pekerjaannya.

Aktivitas organisasi yang sifatnya sejenis dikelompokan dalam divisi atau departemen yang sama, dimana masing-masing divisi saling berhubungan dalam alur kerja yang diatur dengan skema yang terkoordinasi. Sebagai contoh dalam manajemen media cetak, aktivitas organisasi berkaitan dengan pencarian berita dimasukan dalam divisi pemberitaan. Aktivitas yang berkaitan dengan editing menjadi divisi penyuntingan. Aktivitas yang berkaitan dengan tata letak (lay out). Aktivitas untuk mencari pengiklan dimasukan dalam divisi marketing iklan. Aktivitas untuk mendistribusikan media dimasukan dalam divisi sirkulasi.

Masing-masing media memiliki pembagian divisi yang berbeda-beda disesuaikan dengan tujuan media, kebutuhan media, sumber daya yang dimiliki dan lingkungan yang ada. Media komunitas dan media komersil tentu memiliki pembagian divisi yang berbeda. Media cetak dan media penyiaran juga memiliki pembagian divisi karena kebutuhan yang berbeda. Di media cetak, sirkulasi menjadi aspek penting, sehingga perlu ada divisi yang mengurus sirkulasi, sedangkan dalam media penyiaran, yang lebih dibutuhkan adalah kualitas siaran yang baik sehingga divisi teknik menjadi dibutuhkan. Media dengan modal kecil dan jangkauan lokal memiliki pembagian divisi yang berbeda dengan media yang memiliki modal besar yang berjangkauan nasional.

Setelah ada pembagian divisi, pembagian kerja menjadi mutlak dalam pengorganisasian. Pembagian kerja ini mencakup rincian tugas yang diemban oleh setiap individu dalam organisasi. Rincian tugas ini menjadi tanggung jawab dari masing-masing individu. Agar tidak saling tumpang tindih, rincian tugas ini dibatasi sesuai dengan kebutuhan organisasi di setiap divisi.

Agar pembagian kerja menjadi lebih mudah dipahami dan dilakukan oleh individu-individu dalam organisasi, maka dibuatlah job description (deskripsi pekerjaan), yang berisi paparan kerja yang harus dilakukan dan menjadi tanggung jawab dari setiap posisi di organisasi. Sebagai contoh adalah deskrispsi kerja dalam media cetak, dimana wartawan mengemban kewajiban untuk meliput berita. Fotografer memiliki tanggung jawab untuk mencari berita foto. Marketing iklan bertugas untuk mencari pengiklan. Pekerjaan mencari berita tidak bisa dilakukan oleh marketing iklan, karena jika hal tersebut dilakukan maka kemungkinan besar yang terjadi adalah adanya berita yang disusupi pesan pengiklan. Demikian juga wartawan dan fotografer ketika meliput tidak diperkenankan sambil mencari pengiklan. Jika hal tersebut dilakukan maka yang terjadi adalah berita pesanan dari pengiklan. Jika hal ini terjadi, kekacauan manajemen akan terjadi di media cetak bersangkutan. Alasan lain adalah berkaitan dengan netralitas berita.

Ini berarti bahwa batas-batas dari masing-masing paparan pekerjaan harus diatur secara detail dan bersifat operasional sehingga mudah dilakukan oleh individu yang berada dalam posisi masing-masing di organisasi.

c. Pelaksanaan.

Fungsi ketiga dalam manajemen adalah pelaksanaan. Pelaksanaan ini meliputi bagaimana manager memberikan pengarahan dan pengaruhnya pada individu-individu dalam organisasi untuk melakukan kewajiban mereka masing-masing sesuai dengan paparan pekerjaannya. Tentu saja pelaksanaan ini diorientasikan untuk mencapai tujuan sebagaimana yang telah digunakan dalam fungsi perencanaan.

d. Pengawasan.

Fungsi pengawasan dilakukan dengan mengevaluasi fungsi-fungsi manajemen yang telah berlangsung dalam organisasi. Untuk itulah perlu adanya standar dan indikator penilaian untuk menilai apakah berbagai pekerjaan dalam fungsi-fungsi manajemen berjalan dengan baik.
Dalam manajemen media massa, pengawasan menjadi penting agar kualitas media tetap terjaga. Berkurangnya kualitas media massa dapat menyebabkan kekecewaan khalayak yang bisa jadi akan membuat khalayak akan berpaling pada media massa lain. Pelanggan koran kecewa dengan koran yang dilangganinya bisa beralih pada koran yang lain. Dengan pengawasan yang baik, kualitas media akan terjaga sehingga khalayak terpenuhi kebutuhannya dalam motif konsumsi media yang mereka lakukan.

4. Manajemen Media Alternatif

Ada beberapa patokan yang bisa diberikan untuk melihat kemungkinan-kemungkinan menumbuhkan media alternatif ini.

a. Ruang redaksi independen dari kepentingan ekonomi dan afiliasi politik praktis.

Dalam hal ini berarti ihwal pengelolaan alternatif yang meliputi manajemen organisasi serta pendanaan media. Dalam hal manajemen organisasi, intervensi terhadap ruang redaksi bisa diminimalkan dan dihindari jika media tidak dimiliki secara tunggal oleh pemilik modal. Dengan kepemilikan dan pengelolaan bersama, media mencerminkan realitas yang plural. Sementara itu, model pendanaan juga pasti menjadi perhatian agar tidak tergantung pada iklan. Wajar jika hidup-mati media pun ditentukan oleh pengiklan. Model yang pertama ini sepertinya bisa ditiru oleh IMM, terutama di tingkat cabang, daerah dan pusat, dalam rangka mandiri dalam pendanaan.

b. Independensi dari tekanan pihak-pihak luar untuk memunculkan informasi alternatif. Dalam era tsunami informasi, berita datang dan pergi dengan cepat. Berita –berita hadir dengan wajah yang mirip, sensasional, dan dangkal, di beberapa media bahkan terlihat jelas bias Jakarta. Tepat pada titik ini, apa yang dibutuhkan adalah informasi alternatif dengan ciri yang mendalam dan berpihak kepada kaum marginal yang ditepikan rezim media arus utama. Jurnlisme alternatif menghadirkan berita-berita tentang masyarakat kecil yang tertindas, ketimpangan pembangunan, serta mewujudkan kesadaran kritis masyarakat.

c. Relasi yang intim antara pengelola media dan pembaca (masyarakat). Media tidak mungkin berarti tanpa kehadiran pembaca yang loyal. Arti penting keberadaan media justru terletak pada bagaimana ia mampu memberikan pengaruh besar di masyarakat. Media alternatif mesti memberikan ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam menentukan berita semacam apa yang harus dimunculkan. Apalagi gegap gempita media baru membawa kemunculan jurnalisme warga, dimana setiap orang bisa menulis berita tanpa tersekat-sekat oleh jarak dan waktu. Dalam hal ini jika dimasukan dalam lingkup IMM, maka masyarakatnya ialah seluruh kader maupun pengurus IMM.

d. Media kooperasi adalah benang merah yang menghubungkan tiga elemen diatas bisa dilakukan beriringan tanpa menegasikan satu sama lain. Ia menjadi pilihan logis sebagai alternatif untuk lepas dari jerat oligarki kepemilikan media. Media kooperasi memberikan tawaran bahwa pilihan-pilhan idealis dalam bermedia bisa dilakukan tanpa meninggalkan aspek-aspek komersial yang diperlukan untuk menghidupinya.

Dalam media kooperasi, kepemimpinan serta kebijakan redaksional dirumuskan bersama. Keuntungan, selayaknya kooperasi, digunakan untuk kesejahteraan anggota. Dengan demikian , tidak muncul akumulasi keuntungan dengan mengeksploitasi masyarakat, karena masyarakat adalah pengelola, penulis, sekaligus pembaca media itu sendiri.

5. Penampilan Media

Sudah seharusnya tampilan-tampilan fisik media-media IMM dipugar dan direnovasi, semenarik mungkin, dari desain dan layoutnya. Mengikuti arus zaman, dimana masyarakat saat ini doyan tampilan yang seperti apa. Kalau menurut saya, yang simple, menarik dan tak berlebihan. Orang juga suka dengan yang efisien. Terlebih saat menikmati lewat layar smart phone. Untuk suri tauladan tampilan media website, bisa bercermin pada situs Mojok.co, Pindai.org dan Hipwee.com

6. Konten Media

Sudah barang tentu, konten-konten di media IMM tentang publikasi, dokumentasi dan liputan kegiatan-kegiatan IMM. Untuk tambahan, media IMM terutama website dan blog, sebagai media penuangan gagasan para Immawan dan Immawati dalam bentuk artikel lepas maupun esai, juga harus menyampaikan berita/informasi terhangat, seputaran dinamika dunia kampus, pergerakan, terutama masyarakat kecil, yang hampir jarang diberitakan media-media mainstream.

Saya melihat kelakuan macam ini sebagai penghianatan awak pers, karena melenceng dari tujuan awal dihadirkan pers. Fenomena ini saya abadikan dalam satu puisi yang saya bacakan saat aksi solidaritas Petani Urutsewu, beberapa waktu lalu, terinspirasi dari buku sastrawan Seno Gumira Aji, yang berjudul “Ketika Jurnalisme Dibungkam, Sastra Bicara”.  Jadi, seperti ini puisi saya.

Media, Tanya Dimana ?

Ada pepatah yang berujar
Siagalah akan tiga perkara ini
Harta , tahta dan pewarta

Para pewarta yang memilih bungkam
Meninggalkan kemewahaan terakhir
Kala penindasan mengemuka

Sebab demikian
Menjadi pecun-pecun durjana media
Mengabarkan isu beras plastik
Artis yang gemar plastik
Politisi yang berotak plastik

Hadir mematikan nalar
Menjungkirbalikan realitas
Kebebalan tanpa batas

Bung Tirto Adi Suryo dirundung nestapa
Di alam baka sana
Melihat guyonan tak lucu ini.

Tetap, tenang bung.
Rahim nyalimu telah melahirkan
Martir-martir yang tegas bergerilya
Bergerak di tepian arus
Menyuluh api keadilan

Jogja, 26 Agustus 2015

Dalam puisi diatas, saya menyoroti akar permasalahannya, karena media mainstream kita dewasa ini sudah dikonglomerasi oleh para pengusaha cum politikus. Di beberapa kasus di negeri ini, adalah proyek bisnis kepentingan si pemilik media, sehingga wajar, kasusnya tidak dimunculkan.

Para pelaku media yang tukang selingkuh ini, hadir begitu sensasional. Okelah ada teori, bad news is a good news, namun betul-betul melewati batas. Merusak kaidah jurnalistik, sungguh paradoks, untuk mereka yang profesional dalam bidang media. Biasanya portal-portal berita saat mengunggah berita di media sosial, menyebarkannya dengan judul yang bagi saya menjurus lucu, karena saking kontroversialnya.

Ada angin segar yang berhembus, lahirnya cucu-cucu dari Bung Tirto Adi Suryo. Mereka yang berjuang dengan alternatif, bisa menjadi panutan media-media IMM. Bertarung melawan media mainstream, Contohnya seperti Literasi.co, Indoprogress.com, Midjournal.com, dan Mojok.co.

Salah satu yang menjadi fenomena selama setahun belakangan ini adalah situs Mojok.co. Meskipun bukan media Muhammadiyah, saya melihat ada semangat pembaruan dari mereka dalam percaturan media. Hadir dengan kemasan populer, berisi artikel-artikel yang konteksnya kritis dan berat, namun disulap menjadi ringan, penuh dengan nuansa humor. Sunggu kekinian, sanggup menyasar semua golongan dan lintas usia. Berkredo sedikit nakal, banyak akal. Menurut kepala suku Mojok.co, Bung Puthut EA, “Bagaimanapun juga kami sangat sadar, kata kunci bagi Mojok adalah kreativitas. Baik kreativitas para kru maupun kreativitas para penulis. Kami sangat sadar, membuat tungku kreativitas harus terus menyala bukanlah kerja sederhana. Nah, betapa mulianya kan, silahkan ditiru, wahai pelaku media.

Selanjutnya, untuk penulisan konten secara gaya bahasa, sudah saatnya bergelut dengan gaya penulisan feature. Dalam buku Seandainya Saya Wartwan Tempo, definisi feature adalah artikel yang kreatif, kadang-kadang subjektif, yang terutama untuk membuat senang dan memberi informasi kepada pembaca tentang suatu kejadian, keaadaan, atau aspek kehidupan. Bagi saya tulisan feature ialah tulisan yang tidak monoton, penuh dengan unsur sastra dan menghibur. Inilah beberapa beberapa ramuan unsur dalam feature, yakni :

• Kreativitas, tidak seperti penulisan berita biasa, penulisan feature memungkinkan reporter “menciptakan” sebuah cerita. Memang ia masih diikat etika bahwa tulisan harus akurat, karangan fiktif dan khayalan tidak boleh. Tapi dari sutu peristiwa atau keadaan seseorang reporter bisa saja menggagas sebuah feature. Kemudian, setelah mengadakan penelitian dan mengumpulkan bahan terhadap gagasannya itu, ia menulis.

• Subjektivitas, beberapa feature ditulis dalam bentuk “aku”, sehingga memungkinkan wartawan memasukan emosi dan pikirannya sendiri. Meskipun banyak wartawan yang dididik dalam reporting objektif, hanya memakai teknik ini bila tidak ada pilihan lain, hasilnya enak dibaca.

• Informatif, feature yang kurang nilai beritanya, bisa memberikan informasi kepada masyarakat mengenai situasi atau aspek kehidupan yang mungkin diabaikan dalam penulisan berita biasa di koran.

• Menghibur, dengan modal ini wartawan harian, apalagi majalah bisa mengalahkan saingannya, radio dan TV, yang bermodal kecepatan, karena menghadirkan cerita yang ekslusif. Bisa hadir dengan versi yang mendalam (in depth) mengenai sebuah cerita yang disiarkan oleh radio.

• Awet, menurut seorang wartawan kawakan, koran kemarin hanya untuk bungkus kacang. Unsur berita yang semuanya penting luluh dalam waktu 24 jam. Berita mudah sekali punah, tapi feature bisa disimpan berhari, berminggu, atau berbulan-bulan.

• Panjangnya, bila seorang reporter bertanya berapa panjang seharusnya ia membuat feature, editor mungkin menjawab, “Sepanjang Anda menganggapnya masih menarik.”

Salah satu dedengkot pelaku penulisan feature di media Indonesia adalah media Tempo, juga diikuti oleh media macam Midjournal.com, Pindai.org, pun Mojok.com yang dicampur dengan humor.

C. Kesimpulan

Setelah berpanjang lebar berbicara tentang media alternatif, dari hal-hal yang begitu umum, maka patutlah kita tarik kedalam lingkungan IMM, apa saja yang dibutuhkan dan perlu diupgrade dari media yang dimiliki oleh IMM saat ini untuk bergerak dengan nafas media alternatif. Media alternatif bagi saya adalah upaya pembaruan dalam bermedia baik dalam metode maupun kontennya, ia lebih bersifat menggembirakan dan tidak monoton, pro terhadap kaum yang terpinggirkan, betul-betul bertarung dengan media mainstream.

IMM harus memecah kebosanan dalam bermedia yang tampak kaku, lewat terobosan-terobosan di beberapa media yang dimiliki, yakni website, blog, dan media sosial. Perlu diwacanakan juga, pendirian radio milik IMM. Media IMM juga harus disiplin akan manajemen media, sudah diterangkan di atas empat fungsi manajemen dalam bermanajemen media, tinggal diaktualisasikan saja. Kemudian, patut diamalkan pula manajemen media ala genre alternatif, empat poin yang diuraikan cukup ideal, tinggal bagaimana gerakan praksisnya di lapangan. Last but not the least, dua poin penting yang perlu diupgrade oleh media IMM adalah tampilan fisik dan kontennya.

Syukron, billahi fi sabilil haq, fastabiqul khairat.

DAFTAR PUSTAKA

Suara Muhammadiyah edisi No. 15 Tahun Ke-100, 1 – 15 Agustus 2015

Boyle, Dave. 2013. Media Kooperasi & Kooperasi Media.Yogyakarta. Insist Press dan Gerakan Literasi Indonesia.

Daryono, Iqbal Aji. Dkk. 2015. Surat Terbuka Kepada Pemilih Jokowi Sedunia. Yogyakarta. Buku Mojok.

ISAI. 1997. Seandainya Saya Wartawan Tempo. Jakarta. Penerbit ISAI dan Yayasan Alumni TEMPO.

Junaedi, Fajar. 2014. Manajemen Media Massa.Yogyakarta. Buku Litera.

MIM Indigenous School. 2014. Genealogi Kaum Merah. Yogyakarta: MIM Indigenous.

http://www.scribd.com/mobile/doc/55526747/media-massa-mainstream-dan-alternatif.html. Diakses 30/9/2015 waktu 23.25.

http://fathidjuned.blogspot.co.id/2015/08/media-tanya-dimana.html. Diakses 1/10/2015 waktu 10.14

Tagged with:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *