Tips Untuk Kader Biar Ramadhan Enggak Cuma Rebahan

Alhamdulillah, Ramadhan telah tiba namun COVID-19 beserta polemik yang menyertainya tak kunjung pergi. Kendati demikian proses pembentukan jati diri dan karakter para kader tidak boleh terhenti. Terkhusus dalam tataran pimpinan komisariat yang menjadi pijakan dasar dalam mengawali kiprah untuk melanjutkan estafet dakwah maka diperlukan konsistensi dalam pengembangan kompetensi diri kader terutama dalam Religiusitas, Intelektualitas, dan Humanitas.
Akan tetapi sebagaimana yang kita alami keadaan hari ini menuntut kita untuk tetap di rumah dan tidak kemana-mana. Dengan kata lain kondisi saat ini menghambat agenda-agenda perkaderan pendukung yang mana tujuannya ialah peningkatan kemampuan dan kompetensi para kader PK.
Dalam tulisan kali ini, saya akan membagikan beberapa ‘menu’ yang bisa teman-teman kader PK jadikan referensi aktivitas selama ramadhan yang mana tujuan utamanya ialah pengembangan diri dan kompetensi.
Khatam baca Al-Qur’an
Mungkin, tidak perlu dijelaskan lagi apa itu qur’an, urgensi membaca, dan pahala yang akan didapat dalam membaca Al-Qur’an. Selain pahala yang besar dan pentingnya membaca Al-Qur’an, terkadang kader IMM melupakan hal yang fundamen dalam berislam yakni mebaca kitabnya yang mana hal ini disebabkan berbagai faktor. Disamping kesibukan tugas perkuliahan menurut saya lebih tertarik untuk membaca ‘kitab’ yang lain seperti filsafat, politik, ilmu sosial, hukum, dsb. Sehingga waktu membaca Al-Qur’an termarjinalkan. Bahkan bisa dibuktikan dalam setahun banyak kader yang tidak khatam dalam membaca Qur’an. Salah satunya penulis sendiri hehe. Oleh karena itu mumpung pada Ramadhan kali ini kemungkinan besar sepenuhnya di rumah saja, mari kita mulai untuk membiasakan khatam Al-Qur’an. Syukur-syukur jika bisa menjadi kebiasaan untuk di kemudian hari.
Membiasakan diri untuk “Tidur cepat, bangun cepat”.
Teringat beberapa waktu lalu saya sempat membaca tulisan Muh. Akmal Ahsan yang menyinggung kader pergerakan Mahasiswa Islam tentang masalah bangun pagi. Kondisi saat ini sangat kondusif bagi para kader untuk membiasakan diri “Tidur cepat, bangun cepat”. Yang dimaksud “tidur cepat, bangun cepat” adalah tidur ketika memang tidak ad kesibukan lagi di malam hari sekitar jam 10an sudah tidur dan bangun cepat atau biasa disebut qiyamu-l-lail sekitar jam 2an. Dengan menunaikan beberapa rakaat shalat tahajjud lalu melakukan beberapa aktivitas seperti tilawah, membaca buku, menulis, mengerjakan tugas perkuliahan, dll. Menurut saya, empat jam adalah waktu tidur yang cukup bagi kader IMM. Disisi lain kondisi pandemi yang mengharuskan kita untuk di rumah pada ramadhan kali ini menutup kemungkinan bagi kita para kader untuk disibukan dalam penyelenggaraan Musyawarah Komisariat oleh karena itu hal ini merupakan momentum yang tepat untuk membiasakan diri “tidur cepat, bangun cepat.”
Memperluas wawasan keagamaan dengan membaca Kitab atau Kajian Online.
Religiusitas tidak hanya didasari dengan rajinnya kita dalam menunaikan ritus-ritus keagamaan melainkan dengan ditopang oleh wawasaan yang luas dan pengetahuan akan hal tersebut maka minimnya pengetahuan akan berdampak pada religiusitas kita apalagi sebagai kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Oleh karena itu perlu untuk meningkatkan dan memperluas wawasan keagamaan. Mungkin untuk saat ini kita sulit untuk keluar dan mencari buku terkait pengetahuan keagamaan akan tetapi hal itu tidaklah menjadi kendala untuk saat ini.
Selain kita bis mendownload beberapa e-book, kita juga bisa mengakses video kajian online dari channel ustadz-ustadz yang kompeten dibidangnya seperti permasalahan fikih, aqidah, tafsir, hadits, dsb. Yang mana hal ini bisa meningkatkan pengetahuan serta kesadaran kita dalam menjadi hamba sekaligus khalifah fil ‘ardh. Hal yang kadang luput dari perhatian kita dalam kajian online terkadang hanya mendengarkan sepotong saja. Maka dari itu untuk yang mendengarkan kajian online perlu untuk menyimak sampai habis(full video). Tidak lupa juga dengan mencatat rangkumannya agar tidak lupa.
Kegemaran kita untuk cenderung kapada diskusi terkadang membuat diri seakan sudah mengetahui hal-hal partikular dalam keagamaan padahal sebaliknya oleh karena itu saya himbau untuk selalu meningkatkannya sehingga tidak lagi perkara agama hanya berdasarkan pada asumsi dan penalaran. “kader IMM kok gak tau perkara agama?”.
Shalat dhuha dan rawatib.
Padatnya perkuliahan dan kesibukan urusan para kader IMM terkadang membuat kita lupa untuk melaksanakan shalat-shalat yang bersifat sunnah seperti shalat qobliyah-ba’diyah dan sholat dhuha.
Pada dasarnya sebagai Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sudah tentu kita dituntut untuk berdakwah selain itu menghidupkan sunnah rasul sebagai bukti bahwa kita merupakan pengikut Nabi Muhammad dan dengan membiasakannya dibulan penuh berkah dalam pandemi ini, saya kira hal ini pelu sebagai masa latihan diri untuk mengupayakan menghidupkan sunnah-sunnah minimal dengan shalat dhuha dan rawatib.
Update isu terkini dan sedekah
Keempat opsi diatas adalah seputar keagamaan, ramadhan merupakan ladang perjuangan yang selalu dipenuhi dengan keberkahan. Namun, hal itu jangan sampai membuat kita hanya fokus pada ibadah yang bersifat vertikal(mu’amala ma’allah) akan tetapi kita tetap menjaga mu’amalah ma’annas salah satunya dengan meningkatkan kepekaan sosial melalui update isu-isu terkini baik sosial, politik, dan budaya. Selain itu adapun aksi yang paling diperlukan ialah dengan donasi atau bersedekah seperti berbagi takjil, donasi ke media-media dakwah yang terpercaya, dsb. Dengan hal-hal tersebut kita tetap selalu menjaga hubungan(mu’amalah) baik secara vertikal maupun horizontal.
Mungkin beberapa ‘menu’ rutinitas yang bisa kita mulai biasakan di bulan ramadhan #dirumahsaja tahun ini untuk melatih diri agar lebih baik lagi dan meningkatkan ketakwaan serta kualitas ibadah baik yang wajib maupun sunnah. Usiikum wa iyya ya.
Dakwah yang paling baik ialah dengan uswah hasanah(tauladan yang baik) oleh karena itu dengan melatih diri untuk menjadi lebih baik lagi menurut saya akan membantu kita dalam berdakwa di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Selain daripada itu sebagai individu seorang muslim dan pengikut nabi Muhammad hal itu perlu dibuktikan dengan amalan tidak hanya dengan pengetahuan dan syahadatain.
“Kamu ummat Muhammad, dari mananya?
Tetap jaga kesehatan dan di rumah saja. Olah raga ringan jangan sampai terlupakan.
Billahi fii sabiilil haq, fastabiqu-l-khairat.

Oleh: Hizba Muhammad Abror
Anggota Bidang Tabligh dan Kajian Keislaman PK IMM FAI UMY.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *